Enrekangku Kabobongku
Enrekang kabobongku
Oleh. Muhammad yusuf
Enrekangku
kabobongku
Kabobongku
surgaku
Surgaku
kehormatanku
Enrekangku
bambapuangku
Bambapuangku
pondasi harapanku
Haranku
untuk Enrekang
Meskipun daerah
ini adalah daerah pegunungan, daerah yang tidak memiliki pantai seperti
daerah-daerah lain tapi Enrekang juga tak mau kalah akan hasil bumi dan budaya.
Jika dalam Novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro menceritakan tentang keindahan
Gunung Ranu Kombolo, Para pendahulu kita
juga memiliki banyak cerita rakyat,
seperti asal mula kejadian Gunung Nona, Runtuhnya Gunung Bambapuang, kuburan batu di Tontonan, Telapak tangan
berdarah Buntu batu, yang tak kalah pentingnya kita memiliki gunung
Latimojong yaitu gunung tertinggi di Sulawesi-Selatan tidak hanya memiliki
ketinggian tapi juga memiliki keindahan tersendiri dan tidak sampai disitu saja
Enrekang masih memiliki beragam akan
pesta-pesta adat istiadat baik itu syukuran, pernikan, atau kematian, dan
bergai macam kesenian-kesenian orang terdahulu untuk merayakan pestanya,
seperti bas, ronggeng, dll. Masih ingatkah kita dengan lagu Suruganna bambapuang, Tangkendaummi
tolamba, tung-tung kaloko dll?. Kesemuanya ini menggambarkan bahwa para leluhur
massenrenpulu memiliki satu visi dan misi dalam membangun sebuah tradisi yang
mana tradisi tersebut dapat mempersatukan dan mempererat tali persaudaraan yang
kuat dari ketujuh kerajaan yang ada di massenrenpulu, hal tersebut masih di
rasakan masyarakat hingga tahun sekitar 1996-1997an. Ketika diadakan pesta
rakyat, orang-orang dari pelosok desa yang jarakya bisa mencapai puluhan kilo meter, mereka rela
meninggalkan pekerjaan, berjalan
kaki atau menunggagi kudanya untuk beberapa hari hanya demi mengikuti pesta
rakyat, karena mereka meyakini bahwa hanya sepeti inilah kami bisa menjalin
tali silaturrahmi dengan desa-desa lain. Maka yang menjadi tugas para putra
massenrenpulu adalah menjaga dan melestrarikan budaya-budaya peninggalan para
leluhur.
Namun, tidak bisa
kita pungkiri, era global-lah yang berhasil sedikit demi sedikit melunturkan
dan mengaburkan nilai-nilai budaya nenek moyang kita. Hal tersebut dipertegas
oleh Bactiar salah seorang tokoh Makassar mengatakan bahwa globalisasi membawa masyarakat kepada pertarungan
dan persaingan yang tidak mengenal persahabatan, karena itu tiada jalan lain
kecuali membagun pertahanan dari keunggulan yang dimiliki.
Dalam hal menjaga
dan melestarikan budaya TO MALEPON BULAN di era globalisasi dalam mempertahankan nilai-nilai peradaban adalah
tingkat kecerdasan generasi muda dan penguasaan teknologi. Karena dalam
pembangunan masyarat modern membuktikan bahwa dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan sangat membantu kita. Maka kemajuan akan dapat dicapai dengan lebih cepat dan berhasil. Teringat
dengan buku setengah abad Prof. Dr. Ing
B.J Habibie kesan dan kenangan diusianya yang ke-50 tahun, kala itu B.J Habibie
dipanggil dari Jerman atas nama Negara pada masa pemerintahan pak
Soeharto untuk kembali mengabdi ke
negerinya dan ditugaskan membangun Indonesia melalui pengoptimalan teknologi
tinggi. Waktu itu ia masih menjabat sebagai
Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan
militer MBB Hamburg Jerman dalam surat tersebut tertulis kalau kita menghendaki Negara ini kuat, maka kuncinya adalah masyarakatnya
harus berpendidikan.
Mungkin dikalangan putra Massenrenpulu sekarang, banyak yang
masih beranggapan bahwa kata-kata seperti keluarga to Manurung dan to Malepon
Bulan hanyalah sebuah penghargaan untuk para nenek moyang dan lagi-lagi di abad
21 ini yang serba modern sudah tidak memiliki tempat untuk kaum muda bahwa itu
hanyalah sebuah mitos, tapi jika kata-kata itu benar adanya tidaklah salah jika
kata-kata itu kita jadikan sebagai motivasi untuk lebih mampu bersaing dengan
daerah yang sudah mampu membangun tingkat kesejahteraan masyarakatnya
Keterbelakangan
itu bukan sebuah takdir atau nasib sial. Keterbelakangan bisa diusir dengan
usaha yang gigih karena itu, kendati selama kabupaten Enrekang masih dinilai
oleh banyak orang sebagai salah satu distrik terbelakang ekonominya di
Sulawesi-Selatan namun keterbelakangan bukanlah sebuah takdir atau nasib sial.
Sang pencipta pun berfirman, tidak akan mengubah suatu kaum kalau bukan kita
sendiri yang mengubahnya.
Dari hasil pengamatan penulis sementara, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi keterbelakangan di kabupaten Enrekang.
A. Ketidak
Mampuan Untuk Mengelola Hasil Bumi
Di
kabupaten kita, kita tidak bisa menutup mata bahwa kita memiliki hasil
perkebunan yang apabila dikelola dengan baik maka akan sangat berpotensi untuk
kesejaterakan masyarakat.
B. Kurangnya
Minat Generasi Muda untuk Menjadi Pengusaha
Sadarkah
kita bahwa Kabupaten Enrekang setiap tahunnya melahirkan ratusan sarjana tiap
tahunnya, Enrekang kaya akan hasil bumi dan kebanjiran akan sarjana tapi kenapa
kita tidak pernah sadar bahwa kita
termasuk salah-satu kabupaten yang masih memiliki tingkat perekonomian terendah
di tingkat profensi khususnya Sulawesi-Selatan. Pertanyaan kemudian dimana para
para sarjana kita? Jika kita menghitung secara persennya maka 70% kembali ke
kampung untuk “mengabdi” 45% memilih untuk menjadi tenaga suka rela diberbagai
instansi dan 23% memilih untuk kembali menggarap ladang-ladang mereka dan 2%nya
melajutkan usaha orang tua dan yang 30%nya lebih memilih untuk mengabdikan diri
mereka di luar wilayahnya.
C. Menelantarkan
Tanah Kelahiran
Enrekang
adalah tanah kelahiran kita tempat para ibu bapak mengais rezki, dari hamparan
tanah yang luas lagi subur mereka bisa mendapatkan hasil untuk keperluan
sehari-hari maupun untuk mencukupi biaya sekolah untuk anak-anak mereka agar
kelak bisa memperbaiki nasib yang akan datang.
Sekarang tibalah saatnya yang akan datang itu, Enrekang sekarang membutuhkan perubahan, baik itu
dari sektor pendidikan, ekonomi dan pemerintahan. Pendidikan, ekonomi, dan
pemerintahan yang baik yang dijalankan dengan dedikasih yang tinggi adalah satu
kesatuan yang tidak bisa dipisakan dan dijadikan sebagai papan tumpuan untuk
menciptakan cita-cita kemerdekaan itu sendiri.
Mimpi itu bukanlah
harapan kosong atau kembang tidur. Mimpi itu adalah mimpi yang memiliki visi,
yang tentu bukan mimpi kosong yang tidak bisa diwujudkan.
Tapada Salama.