ku tetap menanti

Sabtu, 04 Januari 2014

Legenda Turunnya Tumanurung di Gunung Bambapuang



Orang Massenrenpulu menyebutnya Buntu (Gunung) Bambapuang, berbicara tertang Gunung Bambapuang ini mengingatkan kembali tentang sebuah legenda orang-pribumi tentang turunnya Tumanurung. menarik jika mencermati kembali tentang sejarah turunnya Tumanurung. Tumanurung yang bermula turunnya dari khayangan hingga menginjak bumi, konon pada suatu waktu Tumanurung meminta kepada Dewata untuk turun ke permukaan bumi unuk mengatur kehidupan manusia yang semakin hari semakin tak menentu arah tujuannya, singkat cerita sang Dewata menyetujui permintaan Tumanurung. Ada tiga tumanurung yang diutus ke bumi. Mereka adalah WELLANG DILANGI, TAMBORO LANGI dan EMBON BULAN. Ketiga Tumanurung ini di turunkan di Puncak Bambapuang  Puncak gunung tertingi di sulawasi selatan.
Setelah turun di puncak Bambapuang mereka menemukan kelanjutan hidupnya sendiri-sendiri. Tumanurung TOMBORO LANGI memilih berjalan menuju negeri Meraik Allo Tanah Toraja. Disana dia beranak pinak darinya lahir Puang Makale. Sementara Tumanurung EMBON BULANG meninggalkan Puncak Gunung Bambapuang dengan menyebrangi lautan ke Negeri Kalumpini yang ditujunya.
Diceritakan, waktu itu Ganung Bambapuang masih berupa lautan dan untuk menyebranginya masih perlu menggunakan perahu. Sesampainya disana dia menikah dengan PALIPADA. Dari perkawinannya ini melahirkan turunan Sawerigading dan Raja-Raja Luwu. Tumanurung EMBON BULANG diberikan bekal berupa Tabaro, serta ilmu beladiri  dan juga ilmu sihir. Sedangkan Tumanurung WELLANG DILANGI. Setelah turun dari puncak Gunung Bambapuanng, WELLANG DILANGI menikah dengan MACCIRANGKA. MACCIRANGKA ini bukanlah penduduk pribumi melainkan juga adalah seorang penghuni negeri khayangan, sama dengan WELLANG DILANGI, sang Dewata memperkenanken menikah walau sesame saudara. Namun kebolehan ini hanya bisa sampai turunan ketujuh. Keturuna WELLANG DILANGI inilah yang melahirakn Raja-Raja di daerah Bugis, Makassar dan Mandar.
Cerita Tumanurung akan menjadi kekayaan khasanah budaya, sembari tetap teguh menyakini bahwa Manusia diciptakan Oleh Allah SWT. dengan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah Swt. adalah Nabi Adam As. Ringkasan daribuku H.Emir Baramuli, M.B.A. Senandung Negeri Para Pemberani, yang diterbitkan oleh Yapensi  

Senin, 01 April 2013

numpang posting puisi


Puisi
Enrekang kabobongku
Oleh. Muhammad yusuf

Enrekangku kabobongku
Kabobongku surgaku
Surgaku kehormatanku

Enrekangku bambapuangku
Bambapuangku pondasi harapanku
Haranku untuk Enrekang


JERITAN RAKYATMU
By: Muhammad yusuf

Aku memanggilmu wahai lintah pengisap, lihatlah…..
Badan kami yang kau isap
Celana yang dulunya sempit, lihatlah….
Dada kami dan bandingkan dengan subreker mobilmu.
Enam puluh tujuh tahun Indonesia merdeka

Fakta hanyalah lintah yang merdeka
Gudang-gudangmu penuh dengan darah kami
Hati dari dunia yang tak berhati, sungguh
Ibadahmulah yang menipu kami dan
Janji dari kebekuan yang tak bernyawa

Kaulah lintahnya
Kau manusia biadab
Kau penghianat
Kembalikanlah darah kami
Kembalikanlah keringat kami

Lambaian-lambaian tanganmu
Mata berkedip rapi penuh tatakrama
Namun kesemuanya adalah tipuan
Oh, Tuhan dimana hati mereka???
Peringati dan sadarkan mereka

Qur’an adalah kitabmu
Rabb-mu adalah Allah
Syurga adalah cita-citamu
Tabaruk adalah impianmu
Utamakanlah rakyatmu dan jadilah
Ventilasi untuk kami….

Kamis, 14 Maret 2013

Enrekangku Kabobongku


Enrekangku  Kabobongku
Enrekang kabobongku
Oleh. Muhammad yusuf

Enrekangku kabobongku
Kabobongku surgaku
Surgaku kehormatanku

Enrekangku bambapuangku
Bambapuangku pondasi harapanku
Haranku untuk Enrekang

Meskipun daerah ini adalah daerah pegunungan, daerah yang tidak memiliki pantai seperti daerah-daerah lain tapi Enrekang juga tak mau kalah akan hasil bumi dan budaya. Jika dalam Novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro menceritakan tentang keindahan Gunung Ranu Kombolo, Para pendahulu kita juga memiliki banyak cerita rakyat, seperti asal mula kejadian Gunung Nona, Runtuhnya Gunung Bambapuang, kuburan batu di Tontonan, Telapak tangan berdarah Buntu batu, yang tak kalah pentingnya kita memiliki gunung Latimojong yaitu gunung tertinggi di Sulawesi-Selatan tidak hanya memiliki ketinggian tapi juga memiliki keindahan tersendiri dan tidak sampai disitu saja Enrekang masih memiliki beragam akan pesta-pesta adat istiadat baik itu syukuran, pernikan, atau kematian, dan bergai macam kesenian-kesenian orang terdahulu untuk merayakan pestanya, seperti bas, ronggeng, dll. Masih ingatkah kita dengan lagu Suruganna bambapuang, Tangkendaummi tolamba, tung-tung kaloko dll?. Kesemuanya ini menggambarkan bahwa para leluhur massenrenpulu memiliki satu visi dan misi dalam membangun sebuah tradisi yang mana tradisi tersebut dapat mempersatukan dan mempererat tali persaudaraan yang kuat dari ketujuh kerajaan yang ada di massenrenpulu, hal tersebut masih di rasakan masyarakat hingga tahun sekitar 1996-1997an. Ketika diadakan pesta rakyat, orang-orang dari pelosok desa yang jarakya bisa mencapai puluhan kilo meter, mereka rela meninggalkan pekerjaan, berjalan kaki atau menunggagi kudanya untuk beberapa hari hanya demi mengikuti pesta rakyat, karena mereka meyakini bahwa hanya sepeti inilah kami bisa menjalin tali silaturrahmi dengan desa-desa lain. Maka yang menjadi tugas para putra massenrenpulu adalah menjaga dan melestrarikan budaya-budaya peninggalan para leluhur.
Namun, tidak bisa kita pungkiri, era global-lah yang berhasil sedikit demi sedikit melunturkan dan mengaburkan nilai-nilai budaya nenek moyang kita. Hal tersebut dipertegas oleh Bactiar salah seorang tokoh Makassar mengatakan bahwa globalisasi membawa masyarakat kepada pertarungan dan persaingan yang tidak mengenal persahabatan, karena itu tiada jalan lain kecuali membagun pertahanan dari keunggulan yang dimiliki.      
Dalam hal menjaga dan melestarikan budaya TO MALEPON BULAN di era globalisasi dalam mempertahankan nilai-nilai peradaban adalah tingkat kecerdasan generasi muda dan penguasaan teknologi. Karena dalam pembangunan masyarat modern membuktikan bahwa dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan sangat membantu kita. Maka kemajuan akan dapat dicapai dengan lebih cepat dan berhasil. Teringat dengan buku setengah abad Prof. Dr. Ing B.J Habibie kesan dan kenangan diusianya yang ke-50 tahun, kala itu B.J Habibie dipanggil dari Jerman atas nama Negara pada masa pemerintahan pak Soeharto untuk kembali mengabdi ke negerinya dan ditugaskan membangun Indonesia melalui pengoptimalan teknologi tinggi. Waktu itu ia masih menjabat sebagai Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer MBB Hamburg Jerman dalam surat tersebut tertulis kalau kita menghendaki Negara ini kuat, maka kuncinya adalah masyarakatnya harus berpendidikan.
Mungkin dikalangan putra Massenrenpulu sekarang, banyak yang masih beranggapan bahwa kata-kata seperti keluarga to Manurung dan to Malepon Bulan hanyalah sebuah penghargaan untuk para nenek moyang dan lagi-lagi di abad 21 ini yang serba modern sudah tidak memiliki tempat untuk kaum muda bahwa itu hanyalah sebuah mitos, tapi jika kata-kata itu benar adanya tidaklah salah jika kata-kata itu kita jadikan sebagai motivasi untuk lebih mampu bersaing dengan daerah yang sudah mampu membangun tingkat kesejahteraan masyarakatnya
Keterbelakangan itu bukan sebuah takdir atau nasib sial. Keterbelakangan bisa diusir dengan usaha yang gigih karena itu, kendati selama kabupaten Enrekang masih dinilai oleh banyak orang sebagai salah satu distrik terbelakang ekonominya di Sulawesi-Selatan namun keterbelakangan bukanlah sebuah takdir atau nasib sial. Sang pencipta pun berfirman, tidak akan mengubah suatu kaum kalau bukan kita sendiri yang mengubahnya.
Dari hasil pengamatan penulis sementara, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterbelakangan di kabupaten Enrekang.
A.    Ketidak Mampuan Untuk Mengelola Hasil Bumi
Di kabupaten kita, kita tidak bisa menutup mata bahwa kita memiliki hasil perkebunan yang apabila dikelola dengan baik maka akan sangat berpotensi untuk kesejaterakan masyarakat.
B.     Kurangnya Minat Generasi Muda untuk Menjadi Pengusaha
Sadarkah kita bahwa Kabupaten Enrekang setiap tahunnya melahirkan ratusan sarjana tiap tahunnya, Enrekang kaya akan hasil bumi dan kebanjiran akan sarjana tapi kenapa kita tidak  pernah sadar bahwa kita termasuk salah-satu kabupaten yang masih memiliki tingkat perekonomian terendah di tingkat profensi khususnya Sulawesi-Selatan. Pertanyaan kemudian dimana para para sarjana kita? Jika kita menghitung secara persennya maka 70% kembali ke kampung untuk “mengabdi” 45% memilih untuk menjadi tenaga suka rela diberbagai instansi dan 23% memilih untuk kembali menggarap ladang-ladang mereka dan 2%nya melajutkan usaha orang tua dan yang 30%nya lebih memilih untuk mengabdikan diri mereka  di luar wilayahnya.  
C.     Menelantarkan Tanah Kelahiran
Enrekang adalah tanah kelahiran kita tempat para ibu bapak mengais rezki, dari hamparan tanah yang luas lagi subur mereka bisa mendapatkan hasil untuk keperluan sehari-hari maupun untuk mencukupi biaya sekolah untuk anak-anak mereka agar kelak bisa memperbaiki nasib yang akan datang.
Sekarang tibalah saatnya yang akan datang itu, Enrekang sekarang membutuhkan perubahan, baik itu dari sektor pendidikan, ekonomi dan pemerintahan. Pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan yang baik yang dijalankan dengan dedikasih yang tinggi adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisakan dan dijadikan sebagai papan tumpuan untuk menciptakan cita-cita kemerdekaan itu sendiri.
Mimpi itu bukanlah harapan kosong atau kembang tidur. Mimpi itu adalah mimpi yang memiliki visi, yang tentu bukan mimpi kosong yang tidak bisa diwujudkan. 











Tapada Salama.