Dalam
suatu penelitian yang sering muncul adalah perbendaan antara teori Barat dengan
non-Barat, khususnya teori yang dihasilkan oleh peneliti Indonesia. Seperti
diketahui, dalam ilmu social dan humaniora, pada umumya para peneliti
menggunakan teori-teori yang diadopsi dari para sarjana Barat. Implikasinya
adalah terjadinya dominasi atas teori-teori tersebut sebaran mata kulia di
Perguruan Tinggi. Dalam masyarakat intektual telah terjadi semacam kesepakatan
bahwa setiap penelitian seharusnya menggunakan teori-teori Barat. Untuk memicu
kreativitas ilmuwan secara keseluruhan (Ratna, 2010:74).
Dari
pendapat diatas maka muncul beberapa pertanyaan: 1). Apa yang menyebab sehingga
teori-teori yang dimunculkan oleh beberapa intelek bangsa di nomor duakan? 2).
Sampai kapan bangsa Indonesia lepas dari perannya sebagai bahan baku manusia
yang diurusi oleh bangsa Barat?
Dalam
konsep Hegemoni yang pertama kali
diperkenalkan oleh aktivis social Italia, Antonio Gramsci dan kemudian
dikembangkan oleh para penulis lainnya (Williams, 1977:104-114), yang menuntut
pernyataan-pernyatan mengenai kebenaran objektif (objective truth) dan menggeser fokus analisis ke
kosekuansi-konsekuansi social dari berbagai ide (Ideas), Praktik budaya (cultural
practice), dan cara-cara berekspresi (modes
of expression). Hegemoni dapat dianggap berasal dari ide-ide dan
praktik-praktik yang dapat membantu perkembangan modes of consciousness. Seperti kesadaran social (social consciousness) dan kesadaran diri
(self awarness) yang menopang
struktur kekuasaan yang ada dan ketidak sadaran social (Ibrahim, 2007:274).
Analisis
poskolonial dapat juga digunakan, di satu
pihak untuk menelusuri aspek-aspek tersembunyi atau dengan sengaja
disembunyikan, sehingga dapat diketahui bagaimana kekuasaan itu bekerja, di
pihak digunakan untuk membongkar disiplin, lembaga, dan ideology yang
mendasarinya (Ratna, 2007:104)
Berbicara
mengenai pendidikan nasional dalam kaitannya dengan zaman kemerdekaan, termasuk
presiksi pendidikan dan pengajaran yang akan dating, perlu diberikan
alasan-alasan yang mendasar dengan pertimbangan bahwa yang sesungguhnya
terletak dalam kemajuan bangsa yang sesungguhnya terletak dalam kemajuan
pendidikan dan pengajarannya. Kebesaran bangsa Indonesia seharusnya jg disertai
dengan kemajuan bidang kependidikannya, sehingga terjadi keseimbangan antara
factor-faktor infrastuktur material dengan superstruktur ideoloisnya. Dengan
kalimat lain, kekayaan alam yang melimpah harus disertai dengan kemampuan
intektualaitas dalam pengelolaannya, sehinnga masyarakat adil, makmur dan
merata dapat dicapai.
Penjelasan
diatas menunjukkan bahwa dalam penjajahan teori sebagai wacana memegang berperanan
penting. Kekuasaan tidak semata-mata dengan secara fisik. Namun pembentukan
kekuasaan secara nonfisik fisik seperti social, politik, ekonomi. Kekuasan
terakhir justru memiliki peluang lebih besar dan lebih kuat dibandingkan dengan
cara pertama. Dalam hal ini pendidikan
di Indonesia pada khususnya seakan masih mengharuskan untuk menggunakan
teori-teori yang dimunculkan oleh bangsa Barat. Sebagai contoh konkrit Bahasa
Belanda adalah bahasa kolonial, bahasa
kekuasaan, bahasa sumber ilmu pengetahuan Barat, jadi,
sebaiknya jangan ditularkan kepada penduduk pribumi. Penyebaran bahasa Belanda
akan berakibat sebagai “senjata makan tuan” (ibid: 245).....