Berbicara tentang Orintalisme, berarti kita berbica tentang Pandangan Orang Barat terhadap Orang Timur. Penggunaan kata "timur" ini sebenarnya bersifat kanonik. Istilah tersebut telah digunakan oleh Chauser dan Mandeville, oleh Shakespeare, Driden, Pope, dan Byron. Istilah ini merujuk pada Asia atau Timur, baik secara geografis, moral maupun budaya. di Eropa, istilah "Timur" sudah lazim digunakan untuk menyebut kata-kata seperti kepribadian, suasana, kisah-kisah, despotisme, atau cara produksi timur. tanpa perlu menjelaskan apa dan bagaimana "timur" itu, orang Eropa sudah mengerti bahwa Timur merupakan "kawasan" yang nun jauh yang memiliki keeksotisan dan perbedaan yang nyata dengan Barat. Yang membuat saya tertarik mengkaji Orientalisme bukanlah kebenaran yang membuat saya tertarik mengkaji orintalisme melainkan lebih pada rincian yang telah dilakukan oleh para orientalis. Misalnya saja, sisi yang menarik perhatian saya pada diri seorang seperti Lane, Flaubert, atau Renan bukanlah terletak pada kebenaran mutlak yang selalu mereka agung-agungkan bahwa Barat lebih unggul daripada Timur, melainkan pada bukti yang mereka olah dan sajikan secara matang dalam karya-karyanya yang mendetail mengenai dunia Timur yang luas. jiak kita membaca karya Lene, manners and Customs of the Modern Egiptians, misalnya, kita akan segera tahu bahwa karya tersebut ternyata merupakan hasil observasi historis dan antropologis, bukan karna pencerminannya yang sederhana atas ras-ras yang unggul, melainkan lebih karena gaya dan rinciannya yang sangat cerdas dan cemerlang tentang Mesir.
Pengetahuan ini sangat efektif. Bahkan Cromer sendiri pernah berkeyakinan bahwa pengetahuan itu benar-benar bekerja dengan baik ketika ia berada di Mesir. tidak hanya itu, Cromer juga perpandangan bahwa pegetahuan tersebut telah berhasil mempertahankan asumsi yang selama ini dibagun oleh Barat bahwa "Bangsa-bangsa Timur" pada hakikatnya berwatak platonis, yang biasa dikaji, dipahami, atau di ekspos.
Dalam bab tiga puluh empat dari dua jilid bukunya, Modern Egypt, Cromer mengemukakan statemen kanonis (Injil yg berupa karya autentik dr empat pengikut Yesus Kristus (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), merupakan bagian dr kitab Perjanjian Baru) tentang sikap arif yang dimiliki oleh para orientalis tersebut:
Sir Alfred Lyall pernah berkata kepada saya:"keakuratan adalah hal yang menjijikan bagi pikiran Timur. Setiap orang Timur Indo-India akan terus mengingat adegium (pribahasa/pepatah) ini ." ketidakuratan, yang dengan mudah berubah menjadi ketidakbenaran, dalam kenyataannya adalah watak utama dari pikiran Timur.
Orang Eropa adalah penalar yang cermat. semua pernyataannya mengenai fakta tidak ada yang kabur. Ia adalah logikawan yang jenius sekalipun ia mungkin tidak pernah mempelajari logika. Ia juga adalah yang paling skeptis yang selalu menuntut adanya bukti sebelum menerima kebenaran dari suatu proposisi; kecerdasannya selalu bekerja laksana sebuah mesin.
Sebaliknya, Pemikiran orang Timur benar-benar tidak simentris. Penalarannya tidak bermutu sama sekali. Meskipun orang-orang Arab kuno memiliki ilmu dialektika yang agak tinggi, keturunan mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan logika. Mereka sering kali tidak mampu mengambil kesimpulan-kesimpulan yang paling nyata dari suatu premis yang begitu sederhana, yang mungkin mereka akui keberannya.
Cobalah untuk memancing dengan mengajukan pernyataan mengenai fakta-fakta pada, misalnya seorang mesir awam. Uraian yang ia berkan biasanya akan panjang lebar dan tidak jelas. Ia juga tak jarang akan membuat pernyataan-pernyataan yang bertentangan sebelum ia benar-benar menyelesaikan ceritanya. Malahan, saat pernyataan-pernyataannya itu diuji, ia justru akan kelabakan setengah mati.Selanjutnya. Orang-orang Timur atau Orng-orang Arab ditampilakn sebagai makhluk yang mudah dikeco, "tak mempunyai energi dan inisiatif," suka "menjilat," berpura-pura, licik, dan tidak menyayangi binatang. Orang-orang Timur tidak bisa berjalan di jalan raya atau trotoar (otak mereka yang kacau yang tak mampu memahami apa yang dapat dipahami dengan cepat oleh otak Eropa yang cerdas bahwa jalan raya dan trotoar dibuat untuk berjalan kaki). Orang-orang Timur adalah pembohong-pembohong karatan, mereka "malas dan mencurigakan," dan dalam segala hal bertentangan dengan kejernihan, kelurusan, dan kemulian (watak) ras Anglosaxon (Cromer, 1908:146-147). hal 56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar